5 Hal Tentang Influencer Marketing – Influencer adalah orang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain terkait brand atau produk tertentu melalui media sosial. Mereka dapat berasal dari berbagai latar belakang dan tidak hanya terbatas pada selebriti saja. Untuk menjadi influencer yang efektif, seorang individu harus memiliki jumlah follower yang cukup besar di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, dan LinkedIn. Strategi marketing menggunakan influencer dapat meningkatkan penjualan karena penilaian influencer terhadap brand atau produk dianggap penting oleh follower mereka.
Influencer marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang sedang naik daun dan masih tergolong baru. Sehingga masih banyak spekulasi dan mitos tentang bagaimana, apa, dan siapa influencer yang dimaksud. Untuk mengurangi kesalahpahaman yang sering terjadi di bidang content marketing, Danielle Wiley, Founder dan CEO Sway Group, menyarankan untuk terus memperoleh informasi dan mengikuti perkembangan terkini di bidang ini. Hal ini penting dilakukan agar kita tidak terjebak dalam kesalahpahaman yang bisa menghambat keberhasilan strategi marketing kita. Berikut 5 Hal yang Perlu Kamu Hindari :
- Memprioritaskan jumlah follower di atas user engagement
- Tidak menggunakan fitur ‘Link In Profile’ pada Instagram
- Tidak menggunakan iklan berbayar di Facebook
- Tidak meneliti demografis audiens
- Mengasumsikan Konten yang Dibuat Influencer Mahal
5 Hal Tentang Influencer Marketing Yang Harus Dihindari
1. Memprioritaskan jumlah follower di atas user engagement
Memprioritaskan jumlah follower di atas user engagement adalah fokus utama pada jumlah orang yang mengikuti akun media sosial seseorang atau brand, dan kurang memperhatikan tingkat interaksi dan interaksi yang terjadi antara pengikut dengan konten yang disajikan. Banyak influencer atau brand yang berfokus pada meningkatkan jumlah follower dengan cara membeli followers atau menggunakan teknik lain yang tidak etis, tanpa memperhatikan tingkat engagement yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat menyebabkan influencer atau brand terlihat populer di mata orang lain, tetapi sebenarnya tidak memiliki basis pengikut yang setia dan terlibat dengan konten yang disajikan.
Sementara itu, fokus pada user engagement menekankan pada tingkat interaksi dan partisipasi pengikut dengan konten yang disajikan. Ini termasuk tingkat komentar, suka, dan bagikan yang terjadi pada postingan, serta tingkat partisipasi dalam konten yang lebih luas seperti kontes atau acara yang diadakan oleh influencer atau brand. Fokus pada user engagement dapat membantu influencer atau brand untuk membangun basis pengikut yang setia dan terlibat, serta meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pengikut terhadap mereka.
2. Tidak menggunakan fitur ‘Link In Profile’ pada Instagram
“Link In Profile” adalah fitur yang tersedia di Instagram yang memungkinkan pengguna untuk menambahkan tautan ke profil mereka. Ini bisa berguna bagi influencer atau brand yang ingin mengarahkan pengikutnya ke situs web mereka atau ke tautan lain yang relevan dengan konten yang disajikan. Namun, beberapa influencer atau brand mungkin tidak menggunakan fitur ini karena mereka tidak tahu tentang fitur tersebut, atau karena mereka tidak merasa perlu untuk menambahkan tautan ke profil mereka.
Tidak menggunakan fitur “Link In Profile” pada Instagram dapat menjadi kesalahan bagi influencer atau brand yang ingin meningkatkan traffic ke situs web atau tautan lain yang relevan dengan konten yang disajikan. Dengan menggunakan fitur ini, influencer atau brand dapat dengan mudah mengarahkan pengikutnya ke tautan yang ingin mereka promosikan, sehingga dapat meningkatkan traffic dan meningkatkan kemungkinan penjualan atau konversi. Jadi, meskipun tidak wajib, menggunakan fitur “Link In Profile” pada Instagram bisa menjadi langkah yang bermanfaat bagi influencer atau brand yang ingin meningkatkan efektivitas strategi pemasaran mereka.
3. Tidak menggunakan iklan berbayar di Facebook
Facebook Ads adalah salah satu platform iklan berbayar yang tersedia di Facebook. Ini memungkinkan pengguna untuk membuat dan menargetkan iklan ke audiens yang tepat melalui Facebook dan Instagram. Beberapa alasan mengapa influencer atau brand mungkin tidak menggunakan iklan berbayar di Facebook adalah karena mereka tidak memahami cara kerja platform ini, tidak memiliki anggaran yang cukup untuk mengeluarkan uang untuk iklan, atau karena mereka merasa tidak perlu untuk menggunakan iklan berbayar untuk mencapai tujuan pemasaran mereka.
Meskipun tidak menggunakan iklan berbayar di Facebook bisa saja masih memungkinkan influencer atau brand untuk mencapai tujuan pemasaran mereka, namun menggunakan iklan berbayar dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan visibilitas dan mencapai audiens yang lebih luas. Dengan menggunakan iklan berbayar, influencer atau brand dapat dengan mudah menargetkan iklan ke audiens yang tepat, meningkatkan traffic ke situs web atau tautan lain yang relevan, dan meningkatkan kemungkinan penjualan atau konversi. Jadi, meskipun tidak wajib, menggunakan iklan berbayar di Facebook bisa menjadi langkah yang bermanfaat bagi influencer atau brand yang ingin meningkatkan efektivitas strategi pemasaran mereka.
4. Tidak meneliti demografis audiens
Demografis audiens adalah karakteristik individu atau kelompok yang membentuk audiens suatu konten. Beberapa karakteristik demografis yang mungkin dipertimbangkan adalah jenis kelamin, usia, lokasi geografis, pendidikan, pekerjaan, dan kelas sosial. Influencer atau brand yang tidak meneliti demografis audiens mereka mungkin tidak memahami kebutuhan dan minat audiens mereka, sehingga tidak dapat menyajikan konten yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan minat tersebut.
Tidak meneliti demografis audiens dapat menjadi kesalahan bagi influencer atau brand yang ingin meningkatkan engagement dan mencapai tujuan pemasaran mereka. Dengan mengetahui demografis audiens, influencer atau brand dapat menyajikan konten yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan minat audiens, sehingga dapat meningkatkan engagement dan membantu mencapai tujuan pemasaran yang diinginkan. Jadi, meskipun tidak wajib, meneliti demografis audiens bisa menjadi langkah yang bermanfaat bagi influencer atau brand yang ingin meningkatkan efektivitas strategi pemasaran mereka.
5. Mengasumsikan Konten yang Dibuat Influencer Mahal
Mengasumsikan bahwa konten yang dibuat oleh influencer mahal adalah asumsi yang tidak selalu benar. Beberapa influencer mungkin mematok harga yang tinggi untuk konten yang mereka sajikan, tetapi tidak semua influencer melakukannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga konten yang dibuat oleh influencer, seperti jumlah follower yang dimiliki, tingkat engagement, niche atau bidang yang dianggap spesialisasi influencer, dan lain-lain. Jadi, tidak ada harga pasti yang harus dibayar untuk konten yang dibuat oleh influencer.
Mengasumsikan bahwa konten yang dibuat oleh influencer mahal dapat menjadi kesalahan bagi brand atau pengiklan yang ingin bekerja sama dengan influencer, karena mereka mungkin tidak mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi harga konten tersebut. Sebaiknya, brand atau pengiklan harus meminta penawaran dari beberapa influencer yang sesuai dengan target audiens mereka, dan membandingkan harga yang ditawarkan untuk menentukan influencer yang paling sesuai dengan anggaran dan tujuan pemasaran mereka. Dengan demikian, brand atau pengiklan dapat membuat keputusan yang tepat tanpa terpengaruh oleh asumsi yang tidak selalu benar.
Kesimpulan
Influencer marketing adalah orang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain terkait brand atau produk tertentu melalui media sosial. Mereka membangun reputasi sebagai individu yang terpercaya dan peduli terhadap kepuasan follower mereka. Menggunakan strategi influencer marketing dapat membantu brand atau produk mencapai follower yang setia dan terlibat dengan konten yang disajikan. Selain itu, strategi ini juga dapat membantu mengarahkan konten ke audiens yang tepat sesuai dengan segmentasi yang diinginkan, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penjualan atau konversi. Strategi ini juga tidak memerlukan biaya tambahan, karena banyak influencer yang secara berkala membuat konten berkualitas secara gratis. (Buzzertop)